Waruga atau kuburan tua, adalah
peti kubur peninggalan zaman megalithic orang Minahasa - Daerah
Sulawesi Utara (Sulut) yang berkembang pada awal abad ke-13 SM. Tetapi
kemunculannya di tafsir pada sekitar abad ke-16 pertengahan.
Waruga pertama muncul di daerah
bukit Kelewer, Treman dan Tumaluntung Kabupaten Minahasa Utara (Minut)
dan terus berkembang diberbagai daerah di Sulawesi Utara sampai pada
awal abad 20 Masehi.
Menurut catatan sejarah, waruga
berasal dari bahasa Tombulu, yakni dari kata Wale Maruga yang berarti
rumah dari badan yang akan kering. Sedangkan dalam arti lainnya, yakni
Wale Waru atau Kubur dari Domato (jenis tanah lilin).
Umur waruga tidak dapat dipastikan, karena bangsa Minahasa pada saat itu belum mengenal tulisan. Namun berdasarkan berbagai
sumber, waruga telah ada sebelum zaman Kristianisasi atau sebelum abad
16 Masehi.
Waruga terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian badan dan bagian tutup. Bagian badan berbentuk kubus dan
bagian tutup berbentuk menyerupai atap rumah.
Waruga berfungsi sebagai wadah
penguburan mayat atau orang yang sudah meninggal. Pada zaman pra-sejarah
masyarakat Minahasa percaya bahwa roh leluhur memiliki kekuatan magis,
sehingga wadah kubur mereka harus dibuat sebaik dan seindah mungkin.
Hal yang paling menarik adalah
waruga itu dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggal. Ketika orang
itu akan meninggal maka dia dengan sendirinya akan memasuki waruga yang
dibuatnya itu setelah diberi bekal kubur yang selengkapanya. Kelak
bila itu dilakukan dengan sepenuhnya akan mendatangkan kebaikan bagi
masyarakat yang di tinggalkan.
Di daerah Sulawesi Utara banyak
terdapat lokasi yang memiliki waruga. Lokasi itu disebut sebagai situs
karena mengandung benda cagar budaya. Pada saat ini situs-situs itu
banyak terdapat di perkampungan atau ladang penduduk.
Kompleks waruga sekarang ini
sering juga disebut orang sebagi Minawanua, Makawale atau bekas
kampung. Sesuai dengan kepercayaan masyarakat pra-sejarah, situs-situs
itu kebanyakan berada di daerah ketinggian. Situs waruga di Minahasa
khususnya di Kabupaten Minahasa Utara, antara lain terdapat di Desa
Treman (368 waruga), di Desa Sawangan (144 waruga), Desa Airmadidi Bawah
(80an waruga) dan juga disekitar Desa Kaima, Desa Kauditan, Desa
Tumaluntung, Desa Matungkas, Desa Laikit, Desa Likupang, Desa
Kawangkoan Kuwil, Desa Sukur, Desa Suwaan, dan ada juga ditempat lain
di Kabupaten Minahasa.
Bentang alam Kabupaten Minahasa
Utara ini merupakan lembah alluviasi batuan dasar tufa. Lembah
alluviasi itu terbentuk oleh material hasil pengikisan lereng gunung
Klabat. Gunung berapi inilah yang menyediakan bahan batuan untuk
membuat waruga.
0 komentar:
Posting Komentar